Konseling Adlerian Berbasis Nilai Filosofis Budaya Batobo untuk Meningkatkan Minat Sosial Bagi Masyarakat Melayu Riau

Abstract

Budaya Batobo yang terdapat di kabupaten kuantan Singingi banyak mengandung filosofis nilai- nilai sosial yang tinggi seperti semangat gotong royong, senasip sepenanggungan, mengerjakan ladang bersama-sama, memikul tanggung jawab secara bersama dan banyak lagi nilai-nilai yang terkandung di dalammnya. Budaya tersebut saat ini sudah mulai luntur terutama di kalangan kaum muda. Untuk itu perlu budaya botobo di lestarikan. Untuk melestarikan suatu budaya dapat dilakukan melalui kegiatan konseling. Tujuan layanan konseling adalah memberikan bantuan kepada invidividu agar berkembang secara optimal termasuk dalam perkembangan sosial. Salah satu pendekatan koseling yang cukup relevan untuk intervensi dalam rangka meningkatkan minat sosial adalah pendekatan Adlerian. Menurut John Wiley & Sons (2004) Adler adalah pendukung kuat dari hubungan sosial yang positif menurutnya, dengan membangun hubungan sosial yang sehat adalah kunci untuk memecahkan pekerjaan atau masalah pekerjaan. Pada dasarnya, manusia saling bergantung. Lebih lanjut Adler berpendapat bahwa ketika kita menerima saling ketergantungan ini individu dapat mengembangkan empati dan kepedulian terhadap orang lain yang pada akhirnya hubungan sosial bisa makmur dan meningkat. Intervensi konseling dengan menggunakan filosofis budaya botobo dapat digunakan untuk layanan konseling kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok bagi pengentasan masalah sosial yang dialami oleh klien.

Keywords

budaya, layanan konseling, pendekatan Adlerian

References

  1. Artefak Masa Prasejarah Ditemukan di Riau. 2013. ANTARA. Diperoleh dari
  2. www.antaranews.com (diunduh 24 Juni 2016).
  3. Aslinia, S. D., Rasheed, M., & Simpson, C. 2011. Individual psychology (Adlerian) applied to international collectivist cultures: Compatibility, effectiveness, and impact. Journal for International Counselor Education. 3 (12). Diperoleh dari http://digitalcommons.library (diunduh 25 Juli 2016).
  4. Barlow , Patrick J., Tobin , David J., and Schmidt , Melissa M.. 2009. Social Interest and Positive Psychology: Positively Aligned. The Journal of Individual Psychology. 65 (3). Diperoleh dari https://www.researchgate.net (diunduh 25 Juni 2016).
  5. Corey, Gerald. 2013. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy (9th Edition).
  6. California: Brooks/Cole.
  7. http://riaupos.co (diunduh 24 Juli 2016).
  8. Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
  9. Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, Adat Istiadat Daerah Riau. 1978.
  10. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Diperoleh dari https://books.google.com
  11. (diunduh 24 Juni 2016).
  12. Rahmad Alfindo. 2016. Perubahan Budaya Batobo pada Era Modernisasi di Desa Simandolak Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi. Jurnal Jom Fisip. 3 (1). Diperoleh dari www.e-jurnal.com (diunduh 24 Juni 2016).
  13. Selvia. 2015. Dampak Teknologi Modern Terhadap Kearifan Lokal Budaya Batobo di Desa Air Tiris Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar. Jurnal Jom FISIP. 2 (1). Diperoleh dari www.e-jurnal.com (diunduh 24 Juni 2016).
  14. Sonstegard, Manford A. and Bitter, James Robert. 2004. Adlerian group counseling & therapy
  15. : step-by-step. New York : Taylor & Francis Books, Inc.
  16. Suwardi, dkk. 2006. “Pemutahiran Adat Kuantang Singingi”. Pekanbaru: Alaf Riau.

DOI : https://doi.org//212